Minggu, 30 April 2017

Makalah BIODAS BIOPER Masa Perimenopause

MAKALAH
BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN
MASA PERIMENOPOUSE
Dosen Pengampu: Lenna Maydianasari S.ST, M.P.H
                                                                                     







                                      

                        Disusun Oleh:  Kelompok 2 ( DUA)
                                            Kelas:  B13.2
          Anggota:  1. Yunian Sari                     (16140200)
                                                    2. Hemmy Setya Jati             (16140128)
                              3. Vanidora Da Costa          (16140239)
                              4. Erika Nur Fitriana       (16140215)
                              5. Apliana                                       (16140229)
                                     6. Alvionita                              (16150145)
                              7.  Sania Sumtaki                   (16140274)






PRODI  DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
                                               TA 2016/2017   

KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Masa perimenopouse ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Biologi dasar dan Biologi Perkembangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
      Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Masa Perimenopouse. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
      Sekiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, akhir kata kami ucapkan Terimakasih.

Yogyakarta, 28 November 2016
                                                                                             Hormat kami,
                                                                                                           
       Penyusun
















DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………            
KATAPENGANTAR………………………………………………………            .. ………..          
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..       
   
BAB I   : Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..           
B. Tujuan……………………………………………………………………………...            
C. Manfaat…………………………………………………………………………….          

BAB II  : Pembahasan
A.  Pengertian premenopause……………………………………………………….
           
BAB III:  Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………..………................             B. Saran……………………………………………………………………………….             
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………            










BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang
      Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses reproduksi dalam kehidupannya. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
     Berkurangnya fungsi indung telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun peralihan. Sebelum mencapai usia menopause, seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang tidak teratur.
      Perimenopause adalah masa di mana tubuh mulai bertransisi menuju menopause. Masa ini bisa terjadi selama dua hingga delapan tahun, ditambah satu tahun di akhir periode menuju menopause. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa reproduksi.
       Pada periode ini, umumnya tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasi pun bisa tiba-tiba memanjang atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi di usia 40-an, tapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di pertengahan 30-an.






B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perimenopause?
2. Bagaimana fisiologi terjadinya premenopause?
3. Apa tanda dan gejala premenopause?
4. Bagaimana penilaian premenopause?
5. Apa saja tes laboratorium untuk premenopause?
6. Apa kemungkinan komplikasi dari premenopause?
7. Apa faktor-faktor yang mempercepat datangnya premenopause?
8. Bagaimana penanganan premenopause?

      C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian premenopause
2. Untuk mengetahui fisiologi terjadinya premenopause
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala premenopause
4. Untuk mengetahui penilaian premenopause
5. Untuk mengetahui tes laboratorium untuk premenopause
6. Untuk mengetahui kemungkinan komplikasi dari premenopause
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempercepat datangnya premenopause
8. Untuk mengetahui penanganan premenopause





                                                                BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERIMENOPAUSE
                  Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging), yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa non-reproduktif. Pada fase ini, wanita akan mengalami menopause. Istilah menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang artinya “bulan” dan pauo yang artinya “berhenti”11. Adapun menopause didefinisikan sebagai suatu “cut point” dimana seorang wanita mengalami henti haid/haid terakhir/Final Menstrual Period (FMP) karena berhentinya aktivitas folikel ovarium dan diikuti dengan adanya amenorea (tidak ada haid) sekurang-kurangnya 12 bulan berturut-turut2,3,4,11.
         Perimenopause merupakan masa sebelum menopause dimana mulai terjadi perubahan endokrin, biologis, dan gejala klinik sebagai awal permulaan dari menopause dan mencakup juga satu tahun atau dua belas bulan pertama setelah terjadinya menopause4,11.
       Pada tahun 1996, WHO membuat beberapa definisi yang berkaitan degan menopause13. Natural menopause; didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium. Natural menopause terjadi bilamana tidak terdapat menstruasi selama 12 bulan dimana tidak terdapat kondisi patologis atau kelainan psikologis yang menjadi penyebab.
       Perimenopause; merupakan periode menuju menopause (ketika muncul keluhan/gejala endokrin, biologis, dan manifestasi klinik dari menopause) dan satu tahun setelah menopause terjadi.
       Transisi menopause/ menopausal transition; periode atau waktu sebelum haid terakhir (Final Menstrual Period/FMP) ketika terjadi perubahan siklus menstruasi.
Premenopause; adalah istilah yang digunakan untuk masa reproduktif sampai dengan terjadinya FMP.
Induced menopause; merupakan suatu kondisi berhentinya menstruasi yang sebelumnya didahului oleh operasi pengangkatan kedua ovarium (dengan atau tanpa histerektomi) atau kegagalan fungsi ovarium yang dikarenakan obat-obatan (iatrogenik) contoh karena kemoterapi.
 Postmenopause; waktu setelah terjadinya menopause baik pada menopause alami ataupun menopause yang diinduksi.
 Menopause dini; adalah menopause yang terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.
      Meskipun WHO telah membuat definisi yang telah diterima luas, namun untuk mempermudah kepentingan klinis dan riset maka pada tahun 2001 Stage of Reproductive Aging Workshop (STRAW) mengadakan workshop dan membagi masa transisi menopause ke dalam beberapa fase.
    Postmenopause; dimana tidak terdapat menstruasi selama 12 bulan terakhir. Perimenopause akhir; dimana terdapat menstruasi dalam kurun waktu 2-12 bulan tetapi menstruasi tersebut tidak terjadi pada waktu 2 bulan terakhir. Perimenopause awal; dimana terjadi peningkatan ketidakteraturan menstruasi tanpa melompati periode/siklus menstruasi (berbeda 7 hari dari awal siklus ke seklus berikutnya, dimana hal ini terjadi setelah siklus teratur). Premenopause; dimana terjadi perubahan minor pada siklus haid.

B. BATASAN USIA
        Seorang wanita memasuki masa perimenopuse pada usia 40 tahun dan akan mengalami menopause pada usia 51,5 tahun. Namun demikian, umur terjadinya menopause pada masing-masing individu tidaklah sama. Perbedaan usia memasuki masa menopause dipengaruhi oleh beberapa factor. Wanita nullipara, penderita diabetes mellitus, perokok berat, status gizi yang buruk, gaya hidup vegetarian, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan hidup pada ketinggian >4000 m akan lebih awal mengalami menopause. Selain itu, wanita kembar dizigot atau dengan siklus haid yang cenderung memendek akan memasuki usia menopause lebih awal. Adapun wanita multipara, banyak mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan memasuki menopause lebih lambat.

C. FISIOLOGI PERIMENOPAUSE
      Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40 tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan-lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang anovulatoar. Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi estrogen dan peningkatankadar hormone gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros hipotalamus dan hipofisis.
       Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi menopause.

D. PATFISIOLOGI SINDROMA PERIMENOPOUSE
      Sindrom perimenopause adalah sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi pada masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi, dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.

1. Keluhan dan Gejala Vasomotor
     Keluhan vasomotor yang dijumpai berupa perasaan/semburan panas (hot flushes) yang muncul secara tiba-tiba dan kemudian disertai keringat yang banyak. Keluhan ini muncul di malam hari dan menjelang pagi kemudian perlahan-lahan akan dirasakan juga pada  siang hari. Semburan panas ini mula-mula dirasakan di daerah kepala, leher, dan dada. Kulit di area tersebut terlihat kemerahan, namun suhu badan tetap normal meskipun pasien merasakan panas. Segera setelah panas, area yang dirasakan panas tersebut mengeluarkan keringat (night sweats)dalam jumlah yang banyak pada bagian tubuh terutama seluruh kepala, leher, dada bagian atas, dan punggung. Selain itu, dapat juga diikuti dengan adanya sakit kepala, vertigo, perasaan kurang nyaman, dan palpitasi.
      Hot flushes pada wanita dalam masa transisi menopause rata-rata mulai dirasakan 2 tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP) dan 85 persen wanita akan terus mengalaminya setidaknya selama 1 tahun. Diantara wanita tersebut, 25 sampai 50 persen mengalami hot flusehes selama 5 tahun, bahkan ada yang lebih dari 15 tahun. Durasi tiap episode serangan hot flushes bervariasi, hingga mencapai 10 menit lamanya, dengan rata-rata durasi serangan 4 menit. Frekuensi          hot flushes setiap harinya bervariasi antar individu, dimulai 1-2 kali per jam hingga 1-2 kali perminggu. Pada kondisi yang berat, frekuensinya dapat mencapai 20 kali sehari. Selain itu, jika muncul pada malam hari hal ini dapat mengganggu kualitas tidur sehingga cenderung menjadi cepat lelah dan mudah tersinggung. Hot flushes dapat diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, makanan dan
minuman yang panas.
      Hal ini juga dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus hipertiroid, akibat obat-obatan tertentu seperti insulin, niacin, nifedipin, nitrogliserin, kalsitonin, dan antiestrogen.
     Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui, tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.
     Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari.Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.
     Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan menurunkan pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.

2. Keluhan dan Gejala Urogenital
    Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen14. Reseptor estrogen dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis.
Struktur tersebut memilki sebuah persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana pada kondisi menopause dan nifas.
      Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi  dan penipisan pada sel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi mukosa uretra.
      Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi, berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berndarah dengan trauma minimal. Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vagina kurang dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.

3. Keluhan dan Gejala Psikologis
     Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita pascamenopause.
   Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif, bahkan sejak memasuki masa transisi menopause, wanita telah menghadapi berbagai tekanan seperti halnya penyakit yang dihadapi, merawat orang tua, perceraian, perubahan karir dan pensiun. Budaya barat yang menitik beratkan pada kecantikan dan kemudaan menjadi stressor bagi wanita yang tengah menjadi tua untuk merasa kehilangan status, fungsi, dan kendali diri.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUHAN DAN GEJALA  PERIMENOPAUSE (perimenopausal syndrome)

1. Aktifitas fisik
    Tingkat aktifitas fisik berbanding terbalik dengan kadar estradiol pada wanita di akhir transisi menopause. Tingkat aktifitas juga berbanding terbalik dengan kadar hormon testoteron. Semakin tinggi tingkat aktifitas fisik maka kadar estradiol dan testoteron pada wanita yang mengalami masa transisi menopause akan semakin rendah. Adapaun hormon lainnya tidak terpengaruh secara signifikan oleh aktifitas fisik yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Dan hal ini juga berkaitan dengan gejala pada masa transisi menopause.

2. Jumlah kelahiran
     Wanita nullipara akan memasuki masa perimenopause lebih awal dibandingkan dengan wanita multipara. Dari hasil sebuah penelitian, diperkirakan usia perimenopause berkisar antara 46 sampai 50 tahun.

3. Osteoporosis 
Pengeroposan tulang ini terjadi sebagai akibat berkurangnya hormon estrogen.



4. Siklus haid
   Wanita dengan siklus haid yang memendek akan lebih awal memasuki masa perimenopause.

5. Faktor sosial ekonomi
     Insiden sindroma perimenopause 1,75 kali lebih tinggi dan umur rata-rata dimulainya perimenopause 1,2 tahun lebih muda pada wanita yang memiliki riwayat keadaan ekonomi yang sulit di masa kanak-kanak dan dewasa dalam hidupnya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami kesulitan ekonomi dalam hidupnya.
Kesulitan ekonomi seumur hidup dapat mempengaruhi fungsi ovarium lebih kuat daripada kesulitan ekonomi pada masa kanak-kanak atau dewasa saja. Pada wanita yang tidak bekerja dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian menopause lebih awal. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang lemah tersebut menjadi faktor pemicu stres fisik dan sosial yang berhubungan dengan amenorea dan disfungsi seksual.

6. Indeks masa tubuh
    Sebuah penelitian pada wanita Spanyol menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan munculnya gejala menopause yang berat. Indeks masa tubuh yang tinggi merupakan faktor predisposisi bagi seorang wanita untuk lebih sering mengalami hot flushes.
    Pada fase perimenopause wanita yang mengalami obesitas memiliki kadar hormon estradiol dan inhibin B yang secara signifikan lebih rendah daripada wanita yang tidak mengalami obesitas. Kadar FSH pada wanita obesitas secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami obesitas. Namun pada fase akhir transisi menopause ekadar estradiol lebih tinggi pada kelompok wanita yang obesitas. Pada wanita postmenopause kadar FSH yang lebih rendah ditemukan pada kelompok wanita yang obesitas dibandingkan kelompok wanita yang tidak obesitas. Obesitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi perubahan hormonal selama masa transisi menopause yang tergantung pada umur, ras, dan merokok. Namun mekanisme hal ini masih belum begitu jelas.
      Sebuah penelitian cross sectional dengan survey terhadap populasi menemukan bahwa merokok dan BMI yang tinggi dapat memicu seorang wanita untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat23. Penelitian lain menunjukkan wanita dengan Indeks Masa Tubuh 32kg/m2 lebih sering mengalami hot flushes dibanding kan dengan wanita yang memiliki Indeks Masa Tubuh kurang dari 19kg/m2 Hubungan antara hot flushes dan indeks masa tubuh mungkin hanya pada wanita yang usianya lebih muda yaitu di awal memasuki masa transisi menopause atau sepanjang masa transisi perimenopause (40-50 tahun). Di sisi lain, indeks masa tubuh yang tinggi dapat menjadi faktor pelindung terhadap hot flushes pada wanita yang usianya lebih tua (usia 51-60) atau postmenopause dimana kadar estrogen telah berkurang secara nyata dibandingkan wanita pada masa transisi menopause. Hal ini dikarenakan adanya konversi androgen menjadi estrogen pada jaringan lemak. Hipotesis klinis yang telah diteima secara luas adalah wanita dengan berat badan yang lebih rendah akan mengalami hot flushes lebih sering dibandingkan dengan wanita yang lebih gemuk.

7. Merokok
     Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok memiliki hubungan positif dengan gejala vasomotor. Merokok dapat memicu seorang wanita untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat. Pada wanita mantan perokok, tidak memiliki peningkatan resiko untuk mengalami hot flushes sedang atau berat apabila dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok sama sekali. Namun demikian, peningkatan resiko mengalami hot flushes ditemukan secara bermakna pada wanita yang masih merokok di saat masa transisi menopause.

8. Status Perkawinan
    Sebuah penelitian menemukan bahwa gejala kekeringan vagina secara signifikan lebih ringan sebagaimana sering dilaporkan pada wanita yang belum menikah, janda, dan wanita yang bercerai apabila dibandingkan dengan wanita yang menikah atau masih memiliki suami.

F. FAKTOR RESIKO
     Perimenopause adalah fase normal dalam kehidupan seorang wanita, meski waktunya tidak akan sama. Selain faktor gaya hidup dan genetik yang menentukan cepat atau lambatnya menopause, faktor lainnya adalah:

1. Sejarah keluarga. 
     Masa menopause seorang wanita cenderung di usia yang sama, saat ibu atau saudara perempuan lainnya mengalami menopause. Tapi pernyataan ini masih dapat diperdebatkan.
2. Tidak pernah melahirkan. 
    Beberapa penelitian menunjukkan, wanita yang belum atau tidak pernah melahirkan, akan mengalami menopause lebih awal.
3.  Kondisi jantung. 
      Sakit jantung sering dikaitkan dengan menopause dini, diperkirakan berkaitan dengan meningkatnya kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi.

4. Terapi kanker masa kecil. 
    Terapi kanker di usia anak-anak, seperti kemoterapi dan radiasi pelvic juga dikaitkan dengan menopuse dini.

5. Histerektomi. 
    Pengangkatan rahim biasanya tidak berakibat menopause dini, meski ovarium tetap akan melepas sel telur. Hanya saja, operasi ini biasanya akan mempercepat datangnya menopause.

G. DIAGNOSA
     Perimenopause umumnya berlangsung secara bertahap, meski tidak ada alat atau tes yang bisa mendeteksi perimenopause. Dokter hanya akan memberi beberapa pertanyaan, sebelum menyimpulkan apa yang tengah Anda alami. Tes yang mungkin dilakukan, salah satunya pemeriksaan kadar hormon.
Dengan memonitor siklus menstruasi dan mengamati gejala perubahan tubuh selama beberapa waktu, Anda akan dapat memahami dan berkonsultasi dengan dokter.

H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
     Meski tak ada yang perlu dikhawatirkan, namun waspadalah bila ada hal-hal yang mencurigakan sebagai berikut:

1. Perubahan masa menstruasi
    Tanda perubahan pertama seseorang mengalami perimenopause adalah perubahan periode menstruasi. Masa menstruasi sebelum mengalami perimenopause biasanya wajar setiap bulannya dan rutin. Namun, jika sudah masuk masa perimenopause ini, akan terjadi perubahan periode menstruasi, yang mungkin akan berlangsung lebih lama atau lebih pendek atau bahkan tidak mengalami menstruasi selama beberapa bulan. Selain itu, bisa saja akan mengalami perdarahan ringan atau bisa saja berat selama periode mnestruasi.

a.  Menstruasi yang hebat, sehingga Anda harus mengganti pembalut setiap jam.
b.  Menstruasi panjang yang berlangsung hingga lebih dari 8 hari.
c.  Siklus menstruasi yang terlalu pendek, seperti kurang dari 21 hari.

2. Mengeluarkan keringat dingin atau hot flashes
    Tanda perimenopause selanjutnya adalah saat malam hari bisa saja muncul keringat dingin tanpa sebab. Nah, gejala ini biasanya adalah gejala umum perimenopause.






3. Perubahan mental
Perubahan mental seperti sering depresi, kecewa, perubahan suasana hati, kecemasan dan irirtabilitas, adalah salah satu tanda seorang wanita bisa mengalami masa perimenopause.

Image result for makalah tentang masa perimenopause

4. Vagina kering
    Saat masa perimenopause, penurunan produksi estrogen akan menurun dan akibatnya akan mengakibatkan vagina mejadi kering. Jika hal ini terjadi, sebaiknya menggunakan obat pelumas vagina OTC dan segera konsultasu dengan dokter, agar mendapat penanganan dengan cepat.

5. Sulit tidur
    Wanita yang sedang mengalami masa perimenopause, kebanyakan mereka akan mengalami masalah tidur, seperti sulit tidur atau pun sering bangun dan tidak lelap. Hal ini disebabkan karena fluktuasi hormon dan hot flashes atau keringat dingin yang muncul.

Related image

6. Produksi lemak meningkat
    Masa perimenopause mengakibatkan wanita akan mengalami peningkatan lemak pada tubuh, khususnya lemak di sekitar pinggang. Hal yang bisa membantu untuk menangani masalah ini tentunya olahraga secara teratur, misal jogging atau aerobik selama 30 menit 3 kali seminggu, dan tentunya diet teratur.

7. Nyeri seks
Jika wanita sudah memasuki masa perimenopause, ada yang mengalami rasa sakit saat berhubungan seks, dan hal ini dikarenakan vagina tidak basah atau kering.

8. Gairah seks menurun
Fluktuasi hormon yang terjadi bukan hanya mempengaruhi kualitas tidur, namun juga meurunkan gairah seks.
Jika Anda mengalami masa ini, jangan takut. Dari sekarang, mulailah membiasakan diri Anda untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bernutrisi tinggi dan olahraga teratur serta menjaga kesehatan alat reproduksi Anda, karena hal ini akan membantu Anda untuk mengurangi dampak masa perimenopause

I. PENANGANAN
    Pil kontrasepsi dianggap tepat untuk mengatasi gejala perimenopause, walaupun sedang tidak mengatur kelahiran. Konsumsi dosis rendah yang teratur, akan mengurangi efek hot flashes dan kekeringan vagina.
Hidup sehat adalah pilihan terbaik untuk mengatasi gejala perimenopause. Caranya dengan:

1. Konsumsi nutrisi yang cukup. 
    Osteoporosis dan risiko terkena penyakit jantung akan meningkat seiring bertambahnya usia. Konsumsilah makanan berkadar lemak rendah dan kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan. Dianjurkan juga untuk mengkonsumsi makanan kaya kalsium atau suplemen. Hindari alkohol dan kafein yang dapat memicu hot flashes.

2. Olah raga teratur. 
    Olah raga teratur sedikitnya 30 menit sehari, akan menjaga berat badan dan meningkatkan kualitas tidur.

3. Mengurangi stres. 
Image result for makalah tentang masa perimenopause
Kurangi stres dengan berpasrah diri dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Atau Anda dapat melakukan yoga yang sangat membantu melewati masa transisi menuju menopause.

     





                   
                                                                                                   
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Perimenopause adalah masa di mana tubuh mulai bertransisi menuju menopause. Masa ini bisa terjadi selama dua hingga delapan tahun, ditambah satu tahun di akhir periode menuju menopause. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa reproduksi.
      Pada periode ini, umumnya tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasi pun bisa tiba-tiba memanjang atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi di usia 40-an, tapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di pertengahan 30-an.

      Kurang lebih 70% wanita usia peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi, dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.

B.     Saran
Bagi profesi kebidanan
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan dalam mengembangkan ilmu kebidanan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada wanita perimenopause dengan memberikan edukasi pada wanita perimenopause.

Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang terkait dengan asuhan kebidanan pada wanita perimenopause.






DAFTAR PUSTAKA

                              Kribs, Jan. Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC. 2009
                       Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006