A. Tanda-tanda bahaya yang perlu di
perhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut adalah :
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang-ulang
sebelum partus
3. Perdarahan keluar
banyak
4. Bagian depan tinggi
5. Biasanya ada
6. Teraba jaringan plasenta
7. Robekan selaput marginal
1. Kehamilan
ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan sel telur yang telah
dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di tempat yang normal yakni dalam
endometrium (selaput lendir yang kaya kelenjar) rongga rahim (kavum uterus).
Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa
tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba
falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung
telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
(ruptur/gugur) apabila kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang tempat
implantasi, keadaan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
merupakan suatu keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan berulang. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan penurunan fertilitas
atau kesuburan dan bahkan kematian ibu dan janin.
Pada kehamilan normal, proses pembuahan
(pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang
telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim.
Kehamilan ektopik dapat disebabkan antara lain karena bekas radang pada tuba,
sehingga hasil pembuahan terhambat ke rongga rahim, terdapat tumor atau kista
pada tuba, endometriosis (jaringan endemetrium ditemukan di luar kavum uteri
dan di luar miometrium), memiliki riwayat operasi tuba, dan kelainan anatomi
kongenital.
Pada kehamilan perut, janin berkembang dalam
rongga perut, namun tempat pertumbuhan yang tidak sempurna menyebabkan janin
tidak tumbuh normal atau kematian janin. Bila janin meninggal pada usia
kehamilan lanjut, maka janin dapat membatu.
2. Sakit Kepala
Yang Hebat
Sakit
kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius
adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat.
Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.
3. Penglihatan
Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan adalah normal.Masalah visual yang mengindikasikan
keadaaan yang mengancam jiwa adanya perubahan visual (penglihatan) yang
mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada bayangan, melihat bintik-bintik
(spot), berkunang-kunang. Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia
merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya pre-eklampsi berat yang mengarah
pada eklampsi. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau di dalam retina (oedema retina dan spasme
pembuluh darah).Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala
yang hebat dan mungkin suatu tanda dari pre eklampsia.
4. Bengkak Pada
Muka Dan Jari Tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala.
Bengkak dapat menjadi masalah serius
jika muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan
disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan pertanda dari
anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia.
Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk
oedema (bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita
anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut
oksigen dalam darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya
lebih tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya.
Oedema adalah penimbunan cairan yang
berlebihan dalam jaringan tubuh dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang
ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti
untuk penemuan diagnosis pre-eklampsia. Oedema yang mengkhawatirkan adalah
oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas.
5. Keluar
Cairan Per Vaginam
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila
tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis.
Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya.
Insidensi ketuban pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada
kehamilan kurang 34 mg.
Penyebabnya ketuban pecah sebum
waktunya adalah
· Serviks inkompeten
· Ketegangan rahim berlebihan (kehamilan ganda,
hidramnion)
· Kelainan bawaan dari selaput ketuban
· Infeksi.
Penatalaksanaannya yaitu pertahankan
kehamilan sampai matur,pemberian kortikosteroid untuk kematangan paru janin,
pada UK 24-32 minggu untuk janin tidak dapat diselamatkan perlu dipertimbangkan
melakukan induksi, pada UK aterm dianjurkan terminasi kehamilan dalam waktu 6
jam sampai 24 jam bila tidak ada his spontan.
6. Gerakan
Janin tidak Terasa
Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan
16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya) dan
18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam).Gerakan bayi akan lebih mudah terasa
jika ibu berbaring/beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh
aktifitas ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian
janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk
panggul pada kehamilan aterm.
7.
Nyeri Abdomen Yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah tidak
normal.Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah yang hebat,
menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang dapat disertai
dengan perdarahan lewat jalan lahir.
Hal ini bisa berarti kehamilan ektopik
(kehamilan di luar kandungan), aborsi (keguguran), penyakit radang panggul,
persalinan preterm, solutio placenta.
1. Perdarahan
pervaginam
a. Batasan
Perdarahan antepartum/perdarahan pada
kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan
sampai bayi di lahirkan
b. Jenis-jenis
perdarahan Antepartum
1. Plasenta Previa
Definisi
Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum ( Sarwono,
ilmu kebidanan 2010 ).
Sejalan
dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi.
Plasenta
previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae: didepan, vias: jalan ).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah
sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi
plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau belakang rahim di daerah
fundus uteri ( winknjosastro, 1999 )
Jenis – jenis plasenta previa
a) Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
b) Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
c) Plasenta
previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
d) Plasenta
retak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak normal.
Diagnosis
menurut mochtar ( 1998 ), diagnosis ditegakan
dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
a) Anamnesa
plasenta previa, antara lain: terjadinya perdarahan pada kehamilan 28minggu
berlangsung tanpa nyeri, dapat berulang, tanpa alasan terutama pada
multigravida.
b) Pada inspeksi
dijumpai antara lain: perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
dan pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
c) Pemeriksaan
fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai
syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
Tanda dan Gejala
Tanda
dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:
a. Pendarahan
tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
b. Darah
biasanya berwarna merah segar.
c. Terjadi saat
tidur atau saat melakukan aktifitas.
d. Bagian
terdepan janin tinggi ( Floating ), sering dijumpai kelainan letak janin.
e. Pendarahan
pertama First bleeding ) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecualibila
dilakukan pemeriksaan dalam sebelumnya. Tetapi pendarahan berikutnya
( reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Penatalaksanaan
Menurut
sarwono ( 2009 ) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
1. Terapi
Ekspektatif
a. Tujuan terapi
ekspektatif adalahsupaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui knalis serviks. Upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan
baik.
Syarat-syarat terapi
ekspektatif:
a) Kehamilan
preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti.
b) Belum
ada tanda-tanda inpartu.
c) Keadaan
umum ibu cukup baik(kadar hb dalam batas normal).
d) anin
masih hidup.
b. Rawat
inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis
c.Lakukan pemeriksaan
USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan profil biofisik, letak dan presentasi janin.
d. Berikan tokolitik
bila ada kontraksi:
a) MgSO4 4
g IV dosis awal dilanjutka 4 g stiap 6jam
b) Nifedipin
3 x 20 mg/hari
c) Betamethason
24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
e. Uji pematangan
paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari hasil amniosentesis.
f. Bila
setelah usia kehamilan diatas 34minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium
uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
g. Bila
perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
di pulangkan untuk rawatjalan ( kecuali apabila rumah pasie diluar kota dan
jarak untuk encapai rumah sakit lebih dar 2 jam ) dengan pesan untuk segera
kembali ke rumah sakit apabila terjadi pendarahan berulang.
2. Terapi Aktif
a. Wanita hamil diatas
22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
b. Untuk diagnosis
plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua
persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
a) Infus/transfusi
telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
b) Kehamilan
>37 minggu ( berat badan >2500gram ) dan inpartu
c) Janin telah
meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal: anansefalis)
d) Perdarhan dengan
bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5
pada palpasi luar ).
2. Solusio
Plasenta
Definisi
Solusio
plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Kejadian ini
sering terjadi dalam kehamilan triwulan 3 dan bisa juga pada setiap saat dalam
kehamilan >22 minggu dengan berat janin >500gr disertai dengan pembekuan
darah.
Solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum
janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau janin
diatas 500gr ( Rustan,2002). Solusio plasenta adalah pelepasan
plasenta sebelum waktunnya plasenta itu secara terlepas anak lahir
jadi plasenta terlepas sebelum waktunya kalau terlepas sebelum anak lahir.
Solusio plasenta adalahn terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat impalntasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni anak lahir.
(Sarwono, ilmu kebidanan 2010).
Jadi
definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta
yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku
obstetrik patologi, 2002)
Jenis-jenis solusio plasenta
Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi:
solusio lasenta parsialis, dimana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas dari tempat perlekatannya. Solusio plasenta totalis atau
komplit, dimana plasenta terlepas seluruh dari tempat perlekatannya.
Secara klinis dibagi menjadi:
a. Solusio
plasenta ringan, yakni ruptur sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak , sama sekali
tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janin. Dengan gejala: Perdarahan
Pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali, perut
terasa agak sakit terus menerus tegang.
b. Solusio plasenta
sedang, dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum
sampai dua pertiga luas permukaannya, ditandai : perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus menerus dan tidak lama kemudian
disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tetapi
memungkinkan lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit di raba, apabila
janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar denga stetoskop biasa denga
stetoskop ultra Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah
sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan
lahirnya anak ( menurut buku obstetrik patologi, 2002 ) Jadi definisi yang
lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang
normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku
obstetrik patologi, 2002 )
c. Solusio
plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaanyaterjadinya sangant
tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal, gejalanya: ibu
telah masuk dalam keadaan syok dan kemungkinan janin telah meninggal, Uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya
tidak sesuai dengan syok ibu, Perdarahan pervaginammungkin belum sempat terjadi
besar keungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.
Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa
ditegakan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melaui vagina,
nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada uterus, dan pada solusio plasenta
yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Namun,
adakalanya pasien datang dengan gejala mirip persalinan prematur, ataupun
datang dengan perdarahan tidak banyak dengan perut tegang, tetapi janin telah
meninggal. Diagnosis definitif hanya bisa ditegakan secara
retrosfektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya hematoma retloplasenta.
Penggunaan color
Dopper bisa membantu diagnosis solusio plasenta dimana tidak terdapat
sirkulasi darah yang aktif padanya, sedangkan pada komleksitaslain, baik
kompleksitas retroplasenta yang hiperekoik maupun yang hipoekoik seperti mioma
dan konntraksii uterus, terdapat sirkulasi darah yang aktif
padanya. Pada kontraksi uterus terdapat sirkulasi aktif didalamnya,
pada mioma sirkulasi aktif terdapat lebih banyak pada bagian perferi dari pada
bagian tengahnya.
Tanda dan gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah
sebagai berikut:
a. Perdarahan
yang disertai nyeri.
b. Anemia dan syok,
beratnya anemia dan syok tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
c. Rahim keras seperti
papan dan terasa nyeri sangat dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah
yang berkumpul di belakang plasenta hinggga rahim teregang ( uterus en bois ).
d. Palpasi sulit
dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus uteri
makin lama makin baik.
f. Bunyi jantung
biasanya tidak ada.
g. Pada toucher
teraba ketuban yang teregang terus-menerus ( karena isi rahim bertambah ).
h. Sering terjadi
proteinuria karena disertai preeklamsi.
Penatalaksanaan
Semua pasien yang tesangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap di
rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan
darah. Penanganan ekspektatif pada kehamilan belum genap bulan
berfaedah bagi janin tetapi persalinan umunya persalinan preterm
tidak terhindarkan baik spontan sebagai komplikasi solusio plasenta maupun atas
indikasi obtertrik yang timbul setelah beberapa hari dalam
rawatan. Terhadap pemberian tokolisis masih terdapat silang pendapat
disamping keberhasilan yang belum menjajikan.
3. Ruptura
Uteri
Definisi
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miometrium. Penyebab ruptura uteri adalah
disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Ruptura
uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan
lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan
pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ
vital di sekitarnya. Risiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian
bayi sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang
menyebabkan hematoma pada parametrium, kadan-kadang sangat sulit
untuk segera dokenali sehingga seringkali menimbulkan komplikasi serius atau
bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan
jumlah darah yang keluar karena perdarahan hebat dapat terjadi kedalam kavum
abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini sangat perlu untuk di waspadai
pada partus lama. ( sarwono, 2009)
Menurut
sarwono ( 2010 ), Yang dimaksud rupture uteri komplit ialah keadaan robekan
pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan
rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban keduanya
ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuhnya telah keluar
oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga
abdomen, pada ruptura uteri komplit hubungan kedua rongga tersebut masih
dibatasi oleh peritoneum viserale. Pada keadaan yang demikian janin belum
masuk ke dalam rongga peritoneum. Pada dehisens dari
parut bekas bedah sesar kantong ketuban juga belum robek, tetapi jika kantung
ketuban ikut robek maka disebut telah terjadi rupture uteri
parut. Dehisens bisa berubah menjadi rutura pada waktu partus atau akibat
manipulasi lain pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah sesar pada
persalinan yang lalu. Dehisens terjadi perlahan, sedangkan ruprura
uteri terjadi secara dramatis. Ketentuan ini berguna untuk
membedakan ruptura uteri inkomplit denga dehisens yang sama-sama bisa terjadi
pada bekas bedah sesar. Pada dehisens perdarahan minimal atau tidak
berdarah, tapi pada ruptur uteri perdarahan banyak yang berasal dari pinggir
parut atau robekan baru yang meluas.
Tanda dan gejala
a. Tanda gejala
ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
b. Nyeri tajam,
yang sangat pada abdomen,
c. Penghentian
kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
d. Perdarahan
vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
e. Terdapat
tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas
pendek ( sesak )
f. Bagian
presentasi dapat digerakan diatas rongga panggul
g. Bagian
janin lebih mudah di palpasi
h. Nyeri
tekan meningkat di seluruh abdomen.
i. Nyeri
berat pada supra pubis.
j. Kontraksi
uterus hipotonik
Diagnosis
Ruptura uteri iminens mudah dikenal pada ring van bandl yang
semakin tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah
takut karena nyeri abdomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai
tanda-tanda gawat janin. Gambaran klinik ruptur uteri adalah khas
sekali. Oleh sebab itu pada umumnya tidak sukar menetapkan
diagnosisnya atas dasar tanda-tanda klinik yang telah
diuraikan. Untuk menetapkan apakah ruptura in komplit perlu dilanjutkan
denga priksa dalam. Pada ruptura uteri komplit jari-jari tangan
pemeriksa dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Jari-jari
tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan dinding perut yang licin.
b. Dapat meraba
pinggir robekan, biasanya terdapat pada bagian depan di segmen bawah rahim.
c. Dapat
memegang usus halus atau omentum melalui robekan.
d. Dinding perut ibu
dapat ditekan menonjol keatas oleh ujung jari-jari tangan dalam sehingga ujung
jari-jari tangan luar saling mudah meraba unung jari-jari tangan dalam.
Penatalaksanaan
Dalam
menghadapi masalah ruptura uteri semboyan prevention is better than
curesangat perlu di perhatikan dan dilaksanankan oleh setiap pengelola
persalinan di mana punpersalinan itu berlangsung. Pasien resiko tinggi
haruslah di rujuk agar persalinannya berlangsung dalam rumah sakit yang
mempunyai fasilitas yang cukup dan diawasi dengan penuh dedikasi oleh petugas
berpengalaman. Bila terjadi ruptur uteri tindakan terpilih hanyalah
histerektomi dan resusitasi serta antibiotika yang
sesuai. Diperlukan infus cairan kristaloid dan transfusi darah yang
banyak, tindakan antisyok, serta pemberian antibiotika spektrum luas, dan
sebagainya. Jarang sekali bisa dilakukan histerorafia kecuali bila
luka robekan masih bersih dan rapi dan pasiennya belum punya anak hidup.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendarahan
kehamilan lanjut adalah pendarahan pada trimester akhir kehamilan. Pada
trimester akhir kehamilan sebab-sebab utama pendarahan adalah plasenta previa,
solution plasenta dan rupture uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga
dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus, atau
varises yang pecah, dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma,
erosi atau polip. Komplikasi tersebut yang menyebabkan pendarahan pada
kehamilan lanjut, merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu,
sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada
penderita agar dapat segera melakukan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan
kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi.
Jakarta: tim
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan
Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Saifudin. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar