Makalah Oogenesis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru dari individu yang sudah ada dan merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup. Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme harus mampu memperbanyak diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan generasi sebelumnya yang mati karena pemangsa, parasit atau karena telah berumur tua. Proses reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti: makan, pertukaran gas dan ekskresi, proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup setiap organisme, tetapi tanpa reproduksi suatu spesies akan punah. (Franz, 1990).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dapat kita ketahui bahwa kelangsungan hidup individu, sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian suatu spesies.
Salah satu cirri tersebut adalah berkembang biak atau reproduksi merupakan kenyataan bahwa tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup terus menerus tanpa batas. Semua akan mengalami kematian, namun tak satu pun organisme yang tidak ingin eksis, semua ingin hidup, semua berjuang untuk tetap lestari. Semua makhluk hidup mempunyai keturunan untuk melestarikan sifat-sifatnya dan meneruskan eksistensinya sehingga makhluk hidup bertujuan bereproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Oogenesis?
2. Bagaimana proses terjadinya Oogenesis?
3. Hormon apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mngetahui apa pengertian Oogenesis
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Oogenesis
3. Untuk mengetahui hormon apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone).
Seperti halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya:
1. Proliferasi (perbanyakan)
Tahap perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap memasuki periode tumbuh. Pada mamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan induk.
2. Pertumbuhan
Pada pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh.
3. Pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4. Perubahan bentuk
Ootid dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet. Pada mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit. Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena berdegenerasi lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap kembali oleh tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.
Fertilisasi
Fertilisasi adalah penembusan ovum oleh spermatozoa dan mengakibatkan penyatuan nucleus sperma dan nucleus ovum untuk menghasilkan zigot. Ada 3 faktor spermatozoa dapat mencapai sekitar ovum:
Sperma berenang-renang melakukan pergerakan seperti melambai yang disebabkan flagelnya
Akrosom sperma menghasilkan enzim yang disebutkan dengan akrosin yang menstimulus (merangsang) migrasi dan motilitas sperma dalam sistem reproduksi betina
Sperma ditranspor (dipindahkan) oleh kontraksi otot uterus
Meskipun demikian sperma mengalami pematangan di epididimis ia masih belum dapat membuahi ovum. Ia harus berdiam diri beberapa jam didalam sistem reproduksi betina. Perubahan fungsional yang dialami sperma didalam sistem reproduksi betina ini adalah memungkingkan sperma tersebut membuahi ovum dikenal dengan istilah kapasitasi.
Selama proses kapasitasi enzim hyaluronidase dan proteinase disekretkan oleh akrosom. Enzim tersebut membantu melarutkan material interseluler yang menutupi ovum yaitu suatu penutup yang berupa atau bersifat seperti agar-agar atau gel yang dikenal dengan zona pellusida dan beberapa lapisan sel yang paling dalam (folikel sel) yang dikenal dengan korona radiate. Dari ratusan sperma tapi hanya satu yang masuk membuahi ovum.
GAMBAR 3. OVUM
Kembar dizigotik dihasilkan dari pelepasan 2 ovum dan akhirnya terjadi fertilasi masing-masingnya oleh spermatozoa yang berbeda mereka berumur sama dan memasuki uterus pada waktu yang sama. Tetapi mereka seca genetic berbeda sama halnya seperti saudara kandung lainnya. Mereka bisa jadi memiliki jenis kelamin yang sama atau berbeda.
Kembar monozigotik dihasilkan dari pembuahan ovum tunggal yang membelah pada tahap awal dalam perkembangannya mereka mengandung material genetic yang sama dan selalu memiliki jenis kelamin yang sama pula.
E. Pembentukan Morulla
Setelah fertilisasi pembelahan sel yang berulang-ulang pada zigot terjadi yang dikenal dengan Cleavage (tahap pembelahan), selama proses ini berlangsung sel yang membelah melindungi oleh zona pellusida, meskipun pembelahan menyebabkan penambahan jumlah sel namun tidak terjadi penambahan ukuran dari organisme yang sedang berkembang. Sel-sel yang dihasilkan semakin lama semakin kecil, sel-sel tersebut disebut dengan Blastomer.
Perkembangan blastosit karena jumlah sel didalam morulla bertambah atau meningkat ia bergerak dari tempat fertilisasi awal turun melalui tuba fallopi yang bersillia kearah uterus dan masuk ke rongga uterus. Pada saat ini kumpulan sel pada (morulla) berubah menjadi berbentuk bola sel berongga yang lazim disebut dengan Blastosit yaitu sel berongga. Blastosit berdiferensiasi membentuk: (1) trofektoderm (2) inner cell massa (massa sel bagial dalam) (3) cairan internal (blastoceol)
GAMBAR 4. MORULA DAN BLASTULASI
Trafektoderm akhirnya membentuk bagian membrane yang menyusun plasenta janin, sedangkan sel bagian dalam berkembang menjadi embrio.
F. Implantasi
Implantasi adalah tertanamnya blastosit pada endomentrium lebih kurang 7 atau 8 hari setelah proses fertilisasi. Blastosit berada bebas didalam uterus 2-4 hari sebelum benar-benar menempel atau tertanam pada dinding uterus selama masa ini terapan nutris disediakan oleh sekresi endometrium yang biasa disebut uterine milk.
Cairan nutrisi tersebut selain menyediakan atau menjadi asupan nutrisi bagian blastosit yang sedang menggali tersebut, kira-kira seminggu setelah Implantasi dan akhirnya blastosit terkubur didalam endometrium biasanya pada dinding posterior dari fundus atau badan rahim di uterus.
GAMBAR 5. FERTILISASI s/d IMPLANTASI
G. Perkembangan Embrio
Dua bulan setelah fertilisasi, blastosis terkubur didalam endometrium dan lempeng embrio mulai tumbuh menjadi embrio, umumnya disebut dengan periode embrionik. Selama periode ini organisme yang sedang berkembang disebut embrio.
Kemudian setelah 2 bulan dikenal dengan periode fetus akhir dari pada embrionik terjadi organ-organ dan berkembangnya membrane embrionik serta berfungsinya plasenta. Dalam 8 hari setelah fertilsasi lapisan sel bagian atas dari inner cell massa akan membentuk amnion yaitu membrane pelindung yang tebal, cairan amnion berfungsi melindungi embrio dari gesekan dan membantu mengatur suhu tubuh embrio.
Dalam suatu ruang yang disebut dengan amniotic cavity yang berada diatas inner cell massa, sedangkan bagian bawah dari tersebut akan berkembang menjadi endoderm. Kira-kira 12 hari setelah fertilisasi terlihat perubahan mencolok sel-sel yang berada disekitae amniotic cavity akan berkembang manjadi lempeng embryonic dist yang nantinya akan membentuk embrio. Sel endodermal akan membelah secara berulang-ulang dan pada akhirnya membentuk kuning telur (yolk sac) yang merupakan membrane embrio lainnya. Sedangkan mesoderm yang berkembang diantara lapisa endoderm dan eksoderm dan juga membelah diri akhirnya membentuk bagian dari membrane fetus.
Fungsi-fungsi dari plasenta yaitu: (1) memungkinkan oksigen dan makanan dari darah ibu berdifusi ke darah janin (2) memungkinkan karbon dioksida dan sisa metabolisme janin berdifusi ke darah (3) melindungi janin dan infeksi mikro organisme (4) menyediakan zat-zat makanan seperti: karbonhidrat, protein, kalsium, dan zat besi ke tubuh janin.
GAMBAR 6. EMBRIO BERUSIA 9 MINGGU
2.2 Proses terjadinya oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan berkembang menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada dalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hinggan terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubingi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
2.3 Hormon yang berperan dalam oogenesis
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium.Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus.
Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis:
1. Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
2. Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
3. Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
4. Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis:
5. Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
6. Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
7. Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
8. Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium
3.2 Saran
Kami selaku penulis, berharap semoga seluruh pembaca makalah tentang Oogenesis ini dapat memahami bagaimana proses oogenesis terjadi. sehingga dapat memberikan manfaat yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fastbleep.com/biology-notes/32/159/859
http://armymedical.tpub.com/md0921/md09210015.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10008/
http://oospermatogenesis.blogspot.com/2012/12/hormon-yang-mempengaruhi-proses.html
http://biosejati.wordpress.com/2012/01/24/sistem-reproduksi-wanita/#more-787
Budi Purwanto, dkk. 2007. Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya Kelas 1, 2 dan 3, Jakarta: Erlangga
Keeton, W. T. 2000, Biologi SMA dan MA, Jakarta: Erlangga
Radiopoetro, 2000, Zoologi: Jakarta: Erlangga
Warioyono sukis. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar, Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
(Franz, 1990). Proses Reproduksi,-
www.elanurmala.blogspot.com, email: elanurmal4@yahoo.com
by:http://elanurmala.blogspot.com/2011/01/untuk-melengkapi-tugas-final-semoga.html
Diposkan 13th April 2011 oleh necromadize ianz blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar