B A
B I
P E
N D A H U L U A N
A. Latar
Belakang
Anemia adalah
kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan pada
test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan
eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah
dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah
merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth
Corwin,2002).
Dimana
insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi
parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas
10 gr/dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental.
Bahaya Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan
organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sel
darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya
jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehinggadarah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai
yang diperlukan tubuh .
Anemia
bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering
dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat
Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia
defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12.
Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu
disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai
dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.
B. Tujuan
a.
Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia
selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih
lanjut
b.
Tujuan Khusus
· Mengetahui apa itu anemia
dalam kehamilan
· Mengetahui tanda dan gejala
anemia dalam kehamilan
· Mengetahui epidemiologi
anemia dalam kehamilan
· Mengetahui etiologi anemia
dalam kehamilan
· Mengetahui patofisiologi
anemia dalam kehamilan
· Mengetahui klasifikasi anemi
dalam kehamilan
· Mengetahui penatalaksanaan
anemia dalam kehamilan
C. Manfaat
·
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
·
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan.
B A
B II
P E
M B A H A S A N
A. Definisi
Anemia
Anemia (dalam
bahasa Yunani:
Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen)
dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah
berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan
volume packed red blood cell(hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia
Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi
karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga
disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
Anemia
adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel
darah merah, etiologi yang
mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah
perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang
pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb)
nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41%
pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari
36% pada perempuan.
B. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
1.
Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia
yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi
Oral
adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.
Terapi Parenteral, baru diperlukan apabila penderita tidak
tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat
parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa
Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat
digolongkan sebagai berikut:
1)
Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)
Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)
Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)
Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita
hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar
300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori
akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
2.
Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a.
Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin
B12 3 X 1 tablet per hari
c.
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.
Anemia Hipoplastik
Anemia
yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.
Anemia Hemolitik
Anemia
yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
C. Epidemiologi
Anemia
Berdasarkan
data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan
dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia
semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan
dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan
data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi
86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun
dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008).
Frekuensi timbulnya anemia
dalam kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan
rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi
suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada wanita yang
tidak mengkonsumsi suplemen.
Karakter Trias Epidemiologi
1) Host
Faktor host (pejamu) dalam
kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari:
a. Umur
Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk
terjadinya anemia. Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn
(2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih
tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada
remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja
membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan
Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu,
faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi
dan pendidikan yang kurang.
b. Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak
sebanding dengan penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung
dengan kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis.
c. Keadaan
imunologis
Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan
anemia dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut
anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya
penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat
menyebabkan hancurnya sel darah merah.
d. Kebiasaan
Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil,
apakah intake nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat,
vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya
kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005)
di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi
terjadinya anemia.
e. Sosial ekonomis
Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi,
pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan
yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat
dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil
yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam
mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.
f. Faktor kandungan
dan kondisi/ riwayat kesehatan
Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur
sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih
berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan
primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan
multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya
adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan
penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut,
semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).
2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a. Unsur gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan
karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini
dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat, kurangnya cadangan dan
berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
b. Kimia dari dalam dan
luar
Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena
berhubungan dengan kimia dan obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik.
Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan
estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana
estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan
hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).
c. Faktor faali/ fisiologis
Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan
Hb tidak sebanyak dengan peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga
terjadi hipervolemi. Hal tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.
3) Lingkungan
Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang
dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi.
Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi
yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya
secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian
anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin
tinggi akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi
akan mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi
yang adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.
D. Etiologi
Anemia
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara
umum adalah:
a. Kekurangan zat
gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya
karena diare.
c. Kehilangan
darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat
luka.
Sebagian besar anemia di
Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah satu
unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a. Kandungan zat
besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b. Meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi.
c. Meningkatnya
pengeluaran zat besi dari tubuh
E. Gejala
Anemia Dalam Kehamilan
· Ibu
mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
· Nafsu
makan turun (anoreksia), mual, muntah
· Konsentrasi
hilang,
· Nafas
pendek (pada anemia parah)
· Keluhan
mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
· Keletihan,
malaise, atau mudah megantuk
· Pusing
atau kelemahan
· Sakit
kepala
· Lesi pada
mulut dan lidah
· Kulit pucat
· Mukosa
membrane atau kunjung tiva pucat
· Dasar kuku
pucat
· Takikardi
· Perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular
· disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
Kadar
Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun
kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai
berikut:
Kadar
Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Jenis
Kelamin
|
Hb
Normal
|
Hb
Anemia Kurang Dari (gr/dl)
|
Lahir
(aterm)
|
13.5-18.5
|
13.5
|
Perempuan
dewasa tidak hamil
|
12.0-15.0
|
12.0
|
Perempuan
dewasa hamil:
|
||
Trimester
Pertama : 0-12 minggu
|
11.0-14.0
|
11.0
|
Trimester
Kedua : 13-28 minggu
|
10.5-14.5
|
10.5
|
Trimester
ketiga : 29 aterm
|
11.0-14.0
|
11.0
|
F. Pengaruh
Anemia Pada Kehamilan Dan Janin
a. Bahaya
selama kehamilan
· Persalinan
Prematur
· Mudah
terjadinya Infeksi
· Ancaman
Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
· Hiperemesis
Gravidarum
· Perdarahan
Antepartum
· KPD
(Ketuban Pecah Dini)
b. Bahaya saat persalinan
· Gangguan
his kekuatan mengejan
· Pada
kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
· Pada
kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
· Pada
kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
karena Atonnia Uteri
· Pada
kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri
dan Atonia Uteri
c. Bahaya
pada saat Nifas
· Terjadi
Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
· Memudahkan
infeksi Puerpurium
· Berkurangnya
pengeluaran ASI
· Dapat
terjadi DC mendadak setelah bersalin
· Memudahkan
terjadi Infeksi mamae
d.
Pengaruh Anemia Terhadap Janin
Meskipun janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim. Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :
· Abortus
· Kematian
Interauterin
· Persalinan
Prematuritas tinggi
·
BBLR
· Kelahiran
dengan anemia
· Terjadi
cacat kongenital
· Bayi
mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
· Intelegensi
yang rendah
· Kekuranganenergi dalam asupan makanan yang dikonsumsi
menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu
hamil yaitu sekitar 11 - 14kg.
G. Makanan
untuk mencegah Anemia
Ibu
hamil atau wanita hamil sangat beresiko terkena anemia atau kurang darah. Oleh
karena itu, ibu hamil harus menjaga asupan gizi untuk menghindari kekurangan
zat gizi, folat, dan vitamin B12 yang menjadi penyebab utama terjadinya anemia
selama kehamilan.
Berikut
ini beberapa jenis makanan yang sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk
mencegah terjadinya anemia.
Pisang
Pisang merupakan sumber zat besi dan mineral yang baik. Makan pisang saat sarapan mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
Pisang merupakan sumber zat besi dan mineral yang baik. Makan pisang saat sarapan mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
Kurma
Kurma dikenal karena kemampuannya meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa makan kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.
Havermut
Havermut bisa melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, havermut dapat memberikan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, bersama dengan zat besi.
Kurma dikenal karena kemampuannya meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa makan kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.
Havermut
Havermut bisa melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, havermut dapat memberikan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, bersama dengan zat besi.
Kacang-kacangan
Kacang-kacangan adalah sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa jadi camilan sehat untuk menemani kegiatan Anda di tempat kerja atau di rumah.
Brokoli
Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi selama kehamilan. Brokoli adalah sumber vitamin, zat besi, dan asam folat.
Daging merah
Daging merah dapat membantu ibu hamil mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia selama kehamilan. Zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap dibandingkan dari sumber nabati.
Bayam
Bayam merupakan makanan super bagi ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan asam folat untuk memerangi anemia selama kehamilan.
Kacang-kacangan adalah sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa jadi camilan sehat untuk menemani kegiatan Anda di tempat kerja atau di rumah.
Brokoli
Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi selama kehamilan. Brokoli adalah sumber vitamin, zat besi, dan asam folat.
Daging merah
Daging merah dapat membantu ibu hamil mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia selama kehamilan. Zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap dibandingkan dari sumber nabati.
Bayam
Bayam merupakan makanan super bagi ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan asam folat untuk memerangi anemia selama kehamilan.
Kuning telur
Kuning telur mengandung banyak zat besi. Makan telur dapat membantu mempertahankan jumlah normal hemoglobin.
Kuning telur mengandung banyak zat besi. Makan telur dapat membantu mempertahankan jumlah normal hemoglobin.
Madu
Jika ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan, coba masukkan madu dalam menu harian Anda. Madu merupakan sumber zat besi yang baik untuk melawan anemia.
Jus jeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu penyerapan zat besi. Mengasup vitamin C dapat membantu melawan anemia selama kehamilan.
Jika ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan, coba masukkan madu dalam menu harian Anda. Madu merupakan sumber zat besi yang baik untuk melawan anemia.
Jus jeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu penyerapan zat besi. Mengasup vitamin C dapat membantu melawan anemia selama kehamilan.
H. Pengobatan Anemia Kehamilan
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap
tablet mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang
sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu
dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah
darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari selama
haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah paling sedikit
selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi
darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup
parah
I. Peran
Bidan Dalam Pencegahan Anemia
Anemia
dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbangdengan
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Peran bidan dapat masuk
dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan
Primer
Pencegahan primer dilakukan
pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi penyakit
sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah
atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam
anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan
konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak
hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu, bidan
juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu
hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu,.bidan juga
dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil
untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah
terjadinya anemia.
2. Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder
merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu mulai pada
fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan
komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan
skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk
mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil
masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan
pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah,
nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan
dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Selain itu, Jika ibu hamil
terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan
terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit
untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier
dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk
memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier
pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar hemoglobin tetap
dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin,
mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu
hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi
makanan yang adekuat setelah persalinan.
B A
B III
P E
N U T U P
A. Kesimpulan
Ø Anemia (dalam
bahasa Yunani:
Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal
Ø
Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat,Berkurangnya pembentukan sel darah merah,
dan Gangguan produksi sel
darah merah .
Ø Tanda –
tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai
(5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva
pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih
parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
Ø
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat
dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut.
Ø Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik
pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb <10gr/dl, Hematokrit <30% , dan Eritrosit <2,8juta
B. Saran
Demikianlah
makalah yang kami buat mengenai anemia pada kehamilan, yang meliputi berbagai
macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta
saran yang membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat
memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar