Sabtu, 22 April 2017

Makalah Anemia Ibu Hamil

B A B  I
P E N D A H U L U A N

A.  Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
            Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian.
 Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.  Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehinggadarah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
                Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
            Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.
B.  Tujuan
a.       Tujuan Umum
               Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama   kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b.      Tujuan Khusus
       ·         Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
       ·         Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
       ·         Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
       ·         Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
       ·         Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
       ·         Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
       ·         Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C.  Manfaat
·         Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
·         Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.




B A B  II
P E M B A H A S A N

A.  Definisi Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normalAnemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell(hematokrit) per 100 ml darah.
         Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

B.  Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.  Terapi Oral  adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.  Terapi Parenteral,  baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2.   Anemia Megaloblastik
      Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a.  Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
      d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.   Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.   Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
         Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

C.  Epidemiologi Anemia
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008).
Frekuensi timbulnya anemia dalam  kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
Karakter Trias Epidemiologi
1)  Host
Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari:
a. Umur
Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang.
b. Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis.
c.  Keadaan imunologis
Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah.
d. Kebiasaan
Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia.
e.  Sosial ekonomis
Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.

f.  Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan
Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).

2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a. Unsur gizi
Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.
b. Kimia dari dalam dan luar
Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).
c. Faktor faali/ fisiologis
Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.






3)  Lingkungan
            Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.
             Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

D. Etiologi Anemia
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh




E.   Gejala Anemia Dalam Kehamilan
·   Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
·   Nafsu makan turun (anoreksia), mual, muntah
·   Konsentrasi hilang,
·   Nafas pendek (pada anemia parah)
·   Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
·   Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk
·   Pusing atau kelemahan
·   Sakit kepala
·  Lesi pada mulut dan lidah
·  Kulit pucat
·  Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
·  Dasar kuku pucat
·  Takikardi
·   Perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular
·   disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.

Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai berikut:
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO
Jenis Kelamin
Hb Normal
Hb Anemia Kurang Dari (gr/dl)
Lahir (aterm)
13.5-18.5
13.5
Perempuan dewasa tidak hamil
12.0-15.0
12.0
Perempuan dewasa hamil:
Trimester Pertama : 0-12 minggu
11.0-14.0
11.0
Trimester Kedua : 13-28 minggu
10.5-14.5
10.5
Trimester ketiga : 29 aterm
11.0-14.0
11.0





F.  Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin
a.  Bahaya selama kehamilan
·       Persalinan Prematur
·       Mudah terjadinya Infeksi
·       Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
·       Hiperemesis Gravidarum
·       Perdarahan Antepartum
·       KPD (Ketuban Pecah Dini)

b.    Bahaya saat persalinan
·       Gangguan his kekuatan mengejan
·       Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
·       Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
·       Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
·       Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri

c.  Bahaya pada saat Nifas
·      Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
·      Memudahkan infeksi Puerpurium
·      Berkurangnya pengeluaran ASI
·      Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin
·      Memudahkan terjadi Infeksi mamae

d.  Pengaruh Anemia Terhadap Janin
Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :
·    Abortus
·    Kematian Interauterin
·    Persalinan Prematuritas tinggi
·    BBLR
·    Kelahiran dengan anemia
·   Terjadi cacat kongenital
·   Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
·   Intelegensi yang rendah
·   Kekuranganenergi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14kg.

G.  Makanan untuk mencegah Anemia
Ibu hamil atau wanita hamil sangat beresiko terkena anemia atau kurang darah. Oleh karena itu, ibu hamil harus menjaga asupan gizi untuk menghindari kekurangan zat gizi, folat, dan vitamin B12 yang menjadi penyebab utama terjadinya anemia selama kehamilan.
Berikut ini beberapa jenis makanan yang sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
Pisang
Pisang merupakan sumber zat besi dan mineral yang baik. Makan pisang saat sarapan mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
Kurma
Kurma dikenal karena kemampuannya meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa makan kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.
Havermut
Havermut bisa melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, havermut dapat memberikan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, bersama dengan zat besi.

Kacang-kacangan
Kacang-kacangan adalah sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa jadi camilan sehat untuk menemani kegiatan Anda di tempat kerja atau di rumah.
Brokoli
Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi selama kehamilan. Brokoli adalah sumber vitamin, zat besi, dan asam folat.
Daging merah
Daging merah dapat membantu ibu hamil mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia selama kehamilan. Zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap dibandingkan dari sumber nabati.
Bayam
Bayam merupakan makanan super bagi ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan asam folat untuk memerangi anemia selama kehamilan.
Kuning telur
Kuning telur mengandung banyak zat besi. Makan telur dapat membantu mempertahankan jumlah normal hemoglobin.
Madu
Jika ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan, coba masukkan madu dalam menu harian Anda. Madu merupakan sumber zat besi yang baik untuk melawan anemia.
Jus jeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu penyerapan zat besi. Mengasup vitamin C dapat membantu melawan anemia selama kehamilan.

H.   Pengobatan Anemia Kehamilan
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah

I.    Peran Bidan Dalam Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbangdengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari tiga(3) yaitu :
1.      Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu,.bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.

2.   Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Selain itu, Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).

3.    Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan.














B A B  III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Ø Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal
Ø  Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat,Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah merah .
Ø  Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L),  Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan  menjadi pucat, serta  Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
Ø  Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Ø   Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:      Hb <10gr/dlHematokrit <30% , dan Eritrosit <2,8juta
B.  Saran

Demikianlah makalah yang kami buat mengenai anemia pada kehamilan, yang meliputi berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar