Minggu, 30 April 2017

Makalah Persalinan Normal

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B.   Tujuan penulisan
1.    Agar mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2.    Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan prosedur.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
 Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B.  Bentuk – Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
Ø  Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
Ø  Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø  Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
Ø  Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
C.  Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan mempengaruhi  kehamilan, yaitu :
v  Estrogen
·         Meningkatnya sensitipitas otot rahim
·         Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
v  Progesteron
·         Menurunnya sensitifitas otot rahim
·         Memudahkan  rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
·         Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:
v  Teori keregangan
·         otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
·         Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
·         Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
v  Teori penurunan progesteron
·         proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
·         Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
·         Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
v  Teori oksitosin internal
·         Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
·         Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v  Teori prostaglandin
·         Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.
·         Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
·         Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
v  Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
·         Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
·         Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan. (Manuaba, 2005).
D.  Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1)  Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
(2)  Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah pecah.
(3)  Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4)  Perubahan Serviks
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).

E.  Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1.   Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2.   Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3.   Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4.   Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5.   Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6.   Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F.   Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a)   Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b)   Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
c)   Dapat disertai pecah ketuban
d)   Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks.
G.  Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü  Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
ü  Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
ü  Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
ü  Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.


ü  Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih.
ü  Posisi Saat Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
H.  Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV
                 I.       Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø  Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Ø  Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
               II.       Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Ø  1 – 2 jam pada primigravida
Ø  ½ - 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
v  Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
v  Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
v   Perineum terlihat menonjol
v  Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v  Peningkatan pengeluaran lendir & darah
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
1)     Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v  Dor-an
v  Tek-nus
v  Per-jol
v  Vul-ka
2)     Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable  sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3)     Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4)     Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
5)     Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6)     Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7)     Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8)     Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9)     Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10)  Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11)  Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12)  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13)  Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14)  menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15)  Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16)  Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17)  Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18)  Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19)  Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20)  Memeriksa  kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21)  Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22)  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior.
23)  Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24)  Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25)  Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26)  Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27)  Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28)  Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29)  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30)  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31)  Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32)  Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
                 III.    Persalinan Kala III
33)  Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34)  Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang tali pusat.
35)  Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36)  Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37)  Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38)  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39)  Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
40)  Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada robekan.
                IV.    Persalinan Kala IV
41)  Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42)  Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
43)  Pastikan kandung kemih kosong.
44)  Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45)  Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46)  Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47)  Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48)  Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
49)  Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
50)  Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51)  Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52)  Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53)   Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
54)  Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.
55)  Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56)  Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57)  Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral.
58)  Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59)  Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.
60)  Lengkapih partograf.

















BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B.  Saran
1.    Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2.    Diharapkan  mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar